-->


Ad Unit (Iklan) BIG

Program Makan Bergizi Gratis di Kota Sukabumi: Langkah Strategis Membangun Generasi Unggul

Posting Komentar
Program makan siang gratis menjadi salah satu janji politik Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran saat masa kampanye Pilpres beberapa waktu lalu.

Seiring waktu, istilah ini berganti nama menjadi Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini dimaksudkan agar program selaras dengan bahasa aturan dan Asta Cita serta visi untuk mencetak generasi unggul.

Jika dikomparasikan dengan beberapa kebijakan sebelumnya, seperti di masa Orde Baru, upaya pemerintah untuk mencukupkan asupan gizi masyarakat, terutama anak-anak usia sekolah, dilakukan melalui Gerakan Empat Sehat Lima Sempurna.

Gerakan ini memang tidak sampai pada program pemberian makan gratis kepada anak-anak, namun anak-anak mulai diperkenalkan pada makanan bergizi yang layak mereka konsumsi.

Penerapan gerakan tersebut dilakukan oleh setiap sekolah dengan mengadakan makan bersama setiap pembagian rapor atau menjelang bulan puasa. Para siswa dianjurkan untuk membawa nasi dengan lauk pauknya, ditambah segelas susu jika mampu.

Mereka makan bersama, dalam istilah Sunda disebut botram. Dalam praktik keseharian, anak-anak di masa itu, di era swasembada pangan, telah terbiasa makan sehari-hari dengan lalapan, ikan hasil tangkapan, belut, dan telur.

Menjadi salah satu alasan yang tepat, era 90-an disebut sebagai generasi emas, dan ini diakui oleh para pakar sosial. Era ini dilatarbelakangi oleh kebiasaan kolektif masyarakat saat itu, makan bersama keluarga, mengonsumsi hidangan sederhana namun sarat gizi, dan membangun hubungan emosional yang intens antaranggota keluarga.

Generasi emas atau generasi unggul di era 90-an ini dapat kita rasakan sampai sekarang, teknologi yang kita gunakan saat ini rata-rata merupakan produk pemikiran generasi X dan Y.

Maka sangat wajar jika generasi emas dan unggul ini menjadi proyeksi Indonesia di masa depan, salah satunya dengan menggagas Indonesia Emas 2045.

Visi dan misi Kepala dan Wakil Kepala Negara pun harus menyesuaikan dengan proyeksi ini. Terlebih, Presiden Prabowo Subianto memiliki ikatan organik dan historis dengan Orde Baru.

Dalam sepekan ini, program MBG telah diselenggarakan di sejumlah daerah, termasuk Kota Sukabumi. Kota ini menjadi salah satu pionir dalam program makan bergizi gratis (MBG) untuk siswa di Jawa Barat.

Program ini merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kualitas gizi siswa, yang diharapkan berdampak positif pada kesehatan dan prestasi belajar mereka.

Pada Rabu, 8 Januari 2025, Penjabat Gubernur Jawa Barat memantau langsung pelaksanaan MBG di SMP Negeri 12 dan SMA Negeri 5 Kota Sukabumi. Menurutnya, program ini menunjukkan hasil yang cukup baik.

Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin memberikan apresiasi karena dalam program ini ada upaya pemilahan sampah. Ia juga menjelaskan bahwa makanan yang disajikan telah dirancang oleh ahli gizi, dengan menu seperti ayam kecap, sayuran, buah, dan susu.

Target se-Jawa Barat bertahap. Jawa Barat menganggarkan Rp1 triliun, selama ini masih dari BGN. Namun, belum ada petunjuk teknis untuk penggunaan anggarannya. Program ini minggu depan akan mulai dilakukan di Kecamatan Citamiang.

Saat ini, jumlah porsi makanan bergizi yang telah disalurkan mencapai 3.025 untuk siswa SMP Negeri 12 dan SMA Negeri 5 Kota Sukabumi. Namun, untuk ibu hamil, program ini masih menunggu petunjuk teknis lebih lanjut.

Dari APBD Kota Sukabumi, alokasi anggaran untuk program ini diperkirakan mencapai Rp2-3 miliar, tetapi sebagian besar anggaran diharapkan berasal dari provinsi.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya merupakan inisiatif jangka pendek untuk menangani masalah gizi siswa, tetapi juga bagian dari strategi pembangunan daerah yang lebih luas.

Dengan memperhatikan aspek kesehatan, pendidikan, dan lingkungan, program ini mencerminkan sinergi antara kebijakan publik dengan kebutuhan masyarakat.

Ada beberapa hal penting dan menjadi perhatian bersama. Pertama, program ini dirancang agar dapat diakses oleh semua siswa, tanpa memandang latar belakang ekonomi.

Dengan alokasi anggaran yang mencakup seluruh Jawa Barat, program ini diharapkan mampu menjangkau hingga pelosok daerah, memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan hak yang sama untuk mengakses makanan bergizi.

Kedua, alokasi anggaran Pemprov Jawa Barat sebesar Rp1 triliun menunjukkan komitmen yang besar dari pemerintah provinsi. Namun, tantangan dalam pengelolaan anggaran, termasuk finalisasi petunjuk teknis, menuntut kolaborasi erat antara pemerintah daerah, provinsi, dan lembaga terkait seperti BGN dan Dinas Kesehatan.

Ketiga, dengan melibatkan DKP3 dalam penyediaan bahan pokok dan dapur terpusat di setiap kecamatan, program ini juga membuka peluang pemberdayaan ekonomi lokal. Pertanian dan peternakan setempat dapat menjadi pemasok utama bahan makanan, menciptakan rantai pasok yang lebih pendek dan efisien.

Keempat, inisiatif seperti membawa wadah, sendok, dan garpu sendiri oleh siswa dan pengelolaan sampah sejak awal merupakan bagian dari edukasi lingkungan. Praktik ini tidak hanya mengurangi limbah plastik, tetapi juga mendorong siswa untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.

Dampak sosial dari program ini tidak dapat diabaikan. Dengan memastikan siswa mendapatkan asupan gizi yang cukup, pemerintah secara langsung berkontribusi pada peningkatan konsentrasi belajar, kesehatan fisik, dan daya tahan tubuh siswa. Hal ini penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sehat secara fisik dan mental.

Program ini juga memperkuat nilai kebersamaan dan solidaritas di kalangan siswa. Momen makan bersama dengan menu yang sama menciptakan rasa kesetaraan, menghapus sekat-sekat sosial yang mungkin ada di antara mereka.

Selain itu, melibatkan orang tua dalam proses persiapan, seperti menyediakan wadah makanan, juga mempererat hubungan antara sekolah dan keluarga. Partisipasi aktif orang tua menjadi salah satu elemen penting dalam keberhasilan program ini.

Meskipun program ini memiliki banyak keunggulan, masih ada beberapa tantangan yang harus segera diselesaikan. Finalisasi petunjuk teknis, kesiapan infrastruktur dapur terpusat, dan distribusi anggaran adalah beberapa isu yang perlu mendapat perhatian khusus.

Namun, dengan dukungan penuh dari pemerintah provinsi dan kota, serta partisipasi aktif dari masyarakat, program ini memiliki potensi besar untuk menjadi model sukses yang dapat direplikasi di daerah lain. Kota Sukabumi, sebagai salah satu pionir, diharapkan dapat memberikan contoh nyata bagaimana program ini dapat berjalan secara efektif dan berkelanjutan.

Program Makan Bergizi Gratis merupakan bukti nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan pendekatan kebijakan publik yang tepat dan dampak sosial yang signifikan, program ini menjadi langkah strategis dalam membangun generasi unggul di masa depan.

Kota Sukabumi, melalui implementasi program ini, tidak hanya berkontribusi pada kesejahteraan siswa tetapi juga menunjukkan bahwa sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan dapat menciptakan perubahan yang nyata. Dengan langkah ini, Indonesia bergerak lebih dekat menuju visi menjadi bangsa yang cerdas, sehat, dan unggul di kancah global.
Kang Warsa
Sering menulis hal yang berhubungan dengan budaya, Bahasa, dan kasukabumian.

Informasi Lainnya

Posting Komentar

Berlangganan