-->


Ad Unit (Iklan) BIG

Makan Bergizi Gratis: Membangun Literasi Fungsional dan Gizi Seimbang untuk Generasi Unggul

Posting Komentar


Program makan bergizi gratis menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan generasi muda. Penjabat (Pj) Wali Kota Sukabumi, Kusmana Hartadji, bersama unsur Forkopimda Kota Sukabumi, baru saja memantau langsung pelaksanaan program ini pada Senin (6/1/2024).

Kegiatan tersebut diawali dengan inspeksi dapur makanan di Resto Rinjani, Kecamatan Cibeureum, sebelum berlanjut ke SDN Loasari untuk melihat penyaluran makanan kepada siswa.

Kusmana menyebutkan bahwa tahap awal program ini menyasar 1.686 siswa dari empat sekolah dasar, yakni SDN Loasari, SDN Cibungur, SDIT Al Amin, dan SDN Rancakadu. "Alhamdulillah, Kota Sukabumi menjadi yang pertama memulai program ini di wilayah Cibeureum. Langkah ini sesuai dengan keputusan yang diterapkan serentak di seluruh kabupaten/kota di Indonesia," ujar Kusmana.

Literasi Gizi Sebagai Pilar Pendidikan Fungsional

Program makan bergizi gratis ini tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, tetapi juga menjadi sarana literasi fungsional yang mendidik siswa tentang pentingnya pola makan sehat. Hal ini selaras dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan dampak positif terhadap masalah stunting dan kesehatan ibu hamil.

Namun, penerapan literasi gizi di sekolah memerlukan sistem yang terintegrasi. Literasi fungsional melibatkan kemampuan memahami dan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, siswa tidak hanya mengetahui teori gizi seimbang di kelas, tetapi juga dibiasakan untuk mengaplikasikannya melalui makanan yang mereka konsumsi.

Ironisnya, kondisi di banyak sekolah menunjukkan kesenjangan antara teori dan praktik. Kantin sekolah masih banyak menjual makanan olahan yang tidak sehat, sementara siswa cenderung membawa bekal yang tidak sesuai dengan pola makan sehat. Hal ini menjadi tantangan besar yang harus diatasi melalui program makan bergizi gratis.

Ada pengalaman dari Jepang dan ini dapat menjadi inspirasi. Di sekolah negeri Sakura, siswa diwajibkan membawa buah untuk dimakan bersama, mengajarkan nilai kebersamaan, empati, dan pembiasaan pola makan sehat. Model seperti ini dapat diterapkan di Kota Sukabumi, misalnya dengan melibatkan siswa dalam perencanaan menu makan bergizi atau kegiatan bercocok tanam di kebun sekolah.

Selain mendukung kesehatan, pendekatan ini dapat meningkatkan literasi sosial. Melalui interaksi di meja makan, anak-anak dari berbagai latar belakang dapat saling mengenal dan membangun solidaritas. Kebijakan yang melibatkan komunitas lokal, seperti petani atau pengusaha kecil, juga berpotensi memperkuat hubungan antara sekolah dan masyarakat sekitar.

Monitoring dan Keberlanjutan Program

Penjabat Wali Kota menegaskan bahwa Pemerintah Kota Sukabumi akan terus memantau pelaksanaan program makan bergizi gratis ini. Pemantauan melibatkan instansi terkait untuk memastikan menu makanan memenuhi standar gizi seimbang. "Program ini diharapkan menciptakan generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing," ungkapnya.

Ke depan, program ini akan diperluas ke tingkat SMP dan SMA, serta menyasar ibu hamil sebagai upaya komprehensif untuk menekan angka stunting. Dengan pendekatan yang holistik, makan bergizi gratis tidak hanya menjadi bantuan sosial, tetapi juga investasi jangka panjang dalam pembangunan manusia.

Program makan bergizi gratis adalah langkah strategis untuk mengintegrasikan literasi gizi dan keterampilan hidup ke dalam sistem pendidikan. Dengan dukungan kebijakan yang terarah, program ini dapat menjadi katalis perubahan, membangun generasi unggul yang sehat secara fisik dan cerdas secara sosial.

Melalui kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, menjadikan mereka pilar masa depan Indonesia yang lebih maju.
Kang Warsa
Sering menulis hal yang berhubungan dengan budaya, Bahasa, dan kasukabumian.

Informasi Lainnya

Posting Komentar

Berlangganan