-->


Ad Unit (Iklan) BIG

Senja Itu, Sujumput Kisah Masa Lalu Aku dan Kampung Halamanku: Paraji

Posting Komentar


Masyarakat Balandongan hingga tahun 1980-an masih memegang teguh nilai-nilai tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi selama puluhan tahun. Salah satu tradisi yang berkembang saat itu adalah keyakinan terhadap saman, atau keberadaan orang-orang pintar yang memiliki kemampuan mengobati penyakit dengan pendekatan supra-rasional.

Saman sering dikonotasikan secara negatif sebagai bagian dari perdukunan, padahal mereka dapat dipandang sebagai tabib atau dokter tradisional. Kemampuan mengobati berbagai penyakit ini biasanya diperoleh melalui perenungan mendalam dan dipadukan dengan pengalaman empiris mereka saat menangani masyarakat yang sakit.

Di Balandongan, saman dan praktik penyembuhannya terbagi menjadi dua. Pertama, pengobatan dan praktik bermanfaat yang dilakukan oleh kaum perempuan. Ma Munah (almh) adalah salah satu paraji atau Ma Beurang yang biasa menangani perempuan sejak awal kehamilan hingga persalinan.

Kehadiran Ma Munah sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat itu, selain karena akses transportasi ke rumah sakit bersalin masih terbatas, juga karena masyarakat masih mempercayai bahwa cara-cara tradisional lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan medis modern.

Ma Munah mempraktikkan bagaimana seorang profesional tidak menjadikan pengetahuannya sebagai alat untuk mencari keuntungan dari pasien dan ibu hamil. Masyarakat biasanya memberikan uang atau materi berdasarkan kemampuan dan keikhlasan mereka.

Besaran uang yang diberikan tidak ditentukan oleh Ma Munah, tetapi muncul dari kesepakatan dan obrolan masyarakat: "Berapa besar uang yang pantas diberikan kepada Ma Munah sebagai balas budi atas jasanya dalam membantu persalinan?"

Budaya modern sering menggunakan istilah yang kurang tepat dalam menyebut paraji. Beberapa dekade lalu, idiom "dukun beranak" sering digunakan untuk menyebut paraji, yang secara tidak langsung menyamakan praktik mereka dengan perdukunan dalam membantu persalinan.

Padahal, dalam tradisi Sunda, telah ada istilah yang lebih tepat untuk profesi ini, yaitu paraji—orang yang memiliki keahlian atau spesialisasi dalam organ reproduksi dan kesehatan ibu serta bayi.

Paraji merupakan bentuk vernakularisasi atau pengadaptasian bahasa Arab (فَرَجِيّ) ke dalam tradisi Sunda. Para leluhur Sunda memahami bahwa istilah "farji" dalam bahasa Arab dapat menimbulkan konotasi negatif karena merujuk pada alat vital. Oleh karena itu, mereka melafalkannya dengan aksen Sunda menjadi paraji.

Seorang paraji dipercaya memiliki kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT, seperti kemampuan meramu obat herbal dari tumbuh-tumbuhan untuk membantu persalinan, meredakan rasa sakit saat melahirkan, dan menurunkan panas bayi yang baru lahir.

Mereka juga memiliki teknik khusus untuk membantu refleks bayi dan merangsang perkembangan motoriknya. Selain itu, profesi paraji sering beririsan dengan kemampuan dalam memandikan dan mengurus jenazah perempuan.

Kedua, terdapat praktik pengobatan dan penyembuhan oleh saman laki-laki. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan menolong masyarakat dari berbagai penyakit, termasuk keseleo (misalah). Kemampuan ini biasanya diwariskan secara turun-temurun dari generasi sebelumnya.

Bahkan, seturut dengan penuturan Apih Abad (alm), adik dari nenek saya, terdapat tahapan pelatihan khusus untuk menjadi seorang saman, seperti menjalani puasa, melakukan wirid, dan membangun koneksi spiritual dengan para pendahulu.

Hal ketiga yang sering disalahpahami oleh masyarakat modern adalah konsep membangun koneksi dengan para leluhur. Ini bukan berarti memanggil arwah leluhur agar merasuki diri kita, melainkan mengaktifkan memori genetik dalam tubuh (DNA) agar pengetahuan dan pengalaman leluhur tentang pengobatan tradisional dapat terbaca oleh keturunannya. Dengan demikian, warisan keilmuan mereka tidak hilang begitu saja.

Beberapa tokoh masyarakat yang dikenal memiliki kemampuan mengobati penyakit di Balandongan antara lain Abah Mandor Jai (alm), Apih Abad (alm), dan Bah Oman. Apih Abad, misalnya, mempraktikkan pengobatan alternatif menggunakan media air. Penyakit cacar dan berbagai penyakit kulit yang dialami anak-anak cukup disembuhkan dengan dimandikan menggunakan air yang telah dijampi oleh Apih Abad—dan hasilnya memang terbukti efektif.

Para saman dan orang-orang dengan kemampuan supra-rasional seperti dalam kisah ini merupakan bagian dari kearifan lokal yang kini telah hilang dalam kehidupan modern. Perkembangan teknologi dan modernisasi membuat keberadaan mereka tidak lagi dibutuhkan. Lagi pula, di zaman ini, kita semakin jarang menemukan orang-orang yang bersedia membantu sesama atas dasar kemanusiaan, tanpa mempertimbangkan berapa besar keuntungan materi yang bisa mereka dapatkan.

Informasi Lainnya

Posting Komentar

Berlangganan