-->


Tantangan dan Strategi Pengendalian Inflasi Menjelang Ramadan 2025 di Jawa Barat

Posting Komentar


Inflasi di Jawa Barat menjadi salah satu isu utama yang dibahas dalam Rapat Koordinasi Dwimingguan Pengendalian Inflasi menjelang Hari Kenaikan Beras Nasional (HKBN), Ramadan, dan Idul Fitri 1446 H/2025. 

Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yakni 5,02% secara year on year pada 2024, Jawa Barat masih dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga stabilitas harga pangan dan daya beli masyarakat. 

Inflasi yang tidak terkendali dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat, terutama di daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi seperti Tasikmalaya.

Tren Inflasi dan Deflasi di Jawa Barat

Secara nasional, Jawa Barat berada di peringkat ke-15 dalam tingkat inflasi, dengan rentang target 1,5% hingga 3,5%. Pada Januari 2025, inflasi tercatat sebesar 0,79%, yang merupakan angka terendah dalam lima tahun terakhir. 

Namun, menjelang Ramadan dan Idul Fitri, potensi kenaikan inflasi harus diwaspadai mengingat permintaan konsumsi cenderung meningkat dua kali lipat.

Beberapa daerah mengalami deflasi pada Januari 2025, seperti Kota Bekasi (-0,26%), Kota Cirebon (-0,77%), Bandung (-0,89%), Kota Sukabumi (-0,40%), dan Bogor (-0,55%). Deflasi ini bisa menjadi indikator melemahnya daya beli masyarakat, sehingga perlu strategi untuk mendorong konsumsi. 

Sebaliknya, daerah seperti Kuningan (4,03%), Cirebon (3,63%), dan Kota Banjar (4,2%) mengalami inflasi cukup tinggi akibat lonjakan harga komoditas pangan, terutama cabai rawit, cabai merah, dan beras.

Faktor-Faktor Penyebab Inflasi di Jawa Barat

Fluktuasi harga pangan seperti  kenaikan harga komoditas seperti beras, cabai, dan bawang putih menjadi faktor utama yang mendorong inflasi. Meskipun neraca pangan Jawa Barat secara umum dalam kondisi surplus, defisit pada komoditas tertentu tetap menjadi perhatian.

Kemudian, pola konsumsi menjelang Ramadan dan Idul Fitri pada permintaan bahan pokok meningkat signifikan, menyebabkan harga melonjak. Tanpa intervensi yang tepat, fenomena ini bisa memperburuk inflasi.

Masalah distribusi dan penimbunan barang  menjadi hambatan akibat cuaca, infrastruktur, atau praktik spekulatif seperti penimbunan dapat memperburuk kenaikan harga. Pengawasan yang ketat terhadap distribusi pangan menjadi kunci dalam menekan inflasi.

Di sisi lain, daya beli masyarakat yang rentan deflasi di beberapa daerah menunjukkan tren melemah. Jika tidak diatasi dengan kebijakan fiskal yang tepat, konsumsi masyarakat bisa semakin menurun, menghambat pertumbuhan ekonomi.

Strategi Pengendalian Inflasi di Jawa Barat

Untuk menjaga stabilitas harga menjelang Ramadan dan Idul Fitri, Pemprov Jawa Barat telah merumuskan 13 langkah strategis yang harus diimplementasikan oleh kabupaten/kota. Beberapa strategi utama yang perlu diperkuat antara lain:

Pertama, meningkatkan produksi pangan lokal. Pemerintah perlu mendorong produksi pangan strategis seperti beras, cabai, dan bawang merah agar ketersediaan tetap terjaga dan harga stabil.

Kedua, memperkuat kerja sama antardaerah, dapat dilakukan melalui distribusi komoditas dari daerah surplus ke daerah defisit harus lebih lancar untuk menghindari lonjakan harga di wilayah tertentu.

Ketiga, pengawasan dan penegakan hukum sebagai upaya pencegahan praktik penimbunan bahan pokok menjadi langkah penting agar harga tidak naik secara tidak wajar akibat spekulasi pasar.

Keempat, optimalisasi belanja pemerintah dan insentif fiskal. Peningkatan belanja pemerintah dan akses kredit untuk UMKM dapat membantu menggerakkan ekonomi serta menjaga daya beli masyarakat.

Kelima, edukasi dan diversifikasi konsumsi pangan dengan mendorong masyarakat  untuk mengonsumsi pangan alternatif selain komoditas yang sering mengalami lonjakan harga.

Menjaga inflasi tetap terkendali di Jawa Barat menjelang Ramadan dan Idul Fitri 2025 memerlukan koordinasi yang kuat antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, serta pelaku ekonomi. 

Dengan strategi yang tepat, diharapkan harga pangan tetap stabil, daya beli masyarakat terjaga, dan pertumbuhan ekonomi tetap berjalan sesuai target menuju 8% pada 2029.(K-W)

Informasi Lainnya

Posting Komentar

Berlangganan